Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan utama yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan di Indonesia. Namun, di balik hamparan padi yang hijau, terdapat ancaman yang sering kali tidak disadari petani, yaitu hama putih palsu. Meski berukuran kecil, serangan hama ini dapat menurunkan produktivitas padi secara signifikan. Mari kita kupas tuntas mulai dari ciri-ciri fisiknya, siklus hidup, gejala serangan, hingga cara pengendaliannya.
Hama Putih Palsu dan Ciri-Ciri Fisiknya
Hama putih palsu memiliki nama ilmiah Nymphula depunctalis, yang termasuk dalam kelompok serangga hama penggerek daun padi. Hama ini dinamakan “putih palsu” karena ulat atau larvanya terlihat berwarna pucat keputihan, namun bukan berasal dari kelompok wereng putih atau hama sejenis.
Ciri-ciri fisik yang dapat dikenali antara lain:
- Telur: Berwarna kekuningan, berbentuk bulat lonjong, dan diletakkan berkelompok di permukaan daun padi.
- Larva (ulat): Tubuh berwarna putih pucat hingga kehijauan, memiliki kepala berwarna cokelat, dan panjangnya sekitar 10–12 mm saat dewasa.
- Pupa: Berwarna cokelat kekuningan, dibungkus dalam anyaman sutra yang berada di dalam gulungan daun padi.
- Ngengat dewasa: Berwarna putih kekuningan dengan sayap depan yang bercorak cokelat samar. Rentang sayapnya sekitar 20–25 mm.
Ciri khas larva hama putih palsu adalah kebiasaannya menggulung daun padi dan membuat anyaman tipis sebagai tempat berlindung serta memakan jaringan daun dari dalam gulungan tersebut.
Siklus Hidup Hama Putih Palsu
Siklus hidup hama putih palsu berlangsung cukup cepat, berkisar antara 30–40 hari tergantung kondisi lingkungan. Siklusnya terdiri dari empat tahap utama:
- Telur – Betina dewasa meletakkan telur di permukaan daun, biasanya dekat tulang daun. Dalam waktu 5–7 hari, telur akan menetas menjadi larva.
- Larva – Fase ini berlangsung 15–20 hari. Larva aktif memakan jaringan daun dengan cara menggulungnya. Inilah tahap paling merusak bagi tanaman padi.
- Pupa – Larva berubah menjadi pupa di dalam gulungan daun atau di pangkal tanaman. Fase ini berlangsung 6–8 hari.
- Dewasa (ngengat) – Setelah keluar dari pupa, ngengat dewasa akan kawin dan memulai siklus bertelur kembali. Ngengat dewasa biasanya aktif pada malam hari dan bersembunyi di siang hari.
Siklus hidup yang singkat membuat populasi hama ini dapat berkembang cepat, terutama pada musim kemarau dengan kelembapan tinggi.
Gejala Serangan Hama Putih Palsu
Serangan hama putih palsu mudah dikenali jika petani cermat mengamati daun padi. Gejala yang umum terlihat antara lain:
- Daun menggulung – Larva memakan daun dari bagian dalam gulungan sehingga permukaan daun menjadi tipis dan transparan.
- Jaringan daun rusak – Bagian daun yang dimakan terlihat seperti jendela (windowing effect), yaitu hanya menyisakan lapisan epidermis tipis.
- Pertumbuhan terhambat – Serangan parah mengurangi kemampuan daun berfotosintesis, sehingga tanaman menjadi kerdil.
- Warna daun memucat – Daun berubah menjadi kuning pucat akibat kehilangan klorofil.
- Produktivitas menurun – Pada serangan berat, pembentukan malai terganggu, jumlah bulir berkurang, dan kualitas gabah menurun.
Jika tidak dikendalikan sejak awal, hama putih palsu dapat menyebabkan kerusakan hingga 30–50% pada lahan yang terinfestasi berat.
Cara Pengendalian Serangan Hama Putih Palsu
Pengendalian hama putih palsu sebaiknya dilakukan secara terpadu untuk meminimalkan kerugian. Berikut langkah-langkah yang dapat diterapkan:
1. Pengendalian Secara Budidaya
- Pengaturan waktu tanam serempak di suatu wilayah untuk memutus siklus hidup hama.
- Pengaturan jarak tanam optimal untuk mengurangi kelembapan berlebih yang disukai hama.
- Pergiliran tanaman dengan tanaman non-padi untuk menekan populasi hama.
- Sanitasi lahan dengan membersihkan sisa-sisa tanaman padi yang terinfeksi setelah panen.
2. Pengendalian Secara Mekanis
- Mengambil dan memusnahkan gulungan daun yang berisi larva atau pupa.
- Memasang perangkap lampu untuk menangkap ngengat dewasa pada malam hari.
3. Pengendalian Secara Biologis
- Memanfaatkan musuh alami seperti laba-laba predator, kepik, dan parasitoid telur (Trichogramma spp.).
- Menggunakan jamur entomopatogen seperti Beauveria bassiana yang efektif membunuh larva.
4. Pengendalian Secara Kimiawi
- Penggunaan insektisida selektif jika populasi hama melebihi ambang ekonomi (misalnya 10% daun terinfeksi pada fase vegetatif).
- Pilih insektisida berbahan aktif seperti klorantraniliprol atau emamektin benzoat yang efektif terhadap larva penggulung daun.
- Penyemprotan dilakukan pada sore hari saat larva aktif.
5. Monitoring dan Deteksi Dini
- Lakukan pengamatan rutin setiap minggu untuk mendeteksi adanya telur atau gulungan daun.
- Gunakan ambang batas pengendalian agar penggunaan pestisida lebih tepat sasaran dan ramah lingkungan.
Rekomendasi Produk

SIBADAK 225 SL
Bahan Aktif :
– Nitenpyram 225 SL
SIBADAK 225 SL adalah insektisida bersifat racun kontak dan lambung dengan daya kerja sistemik dan translaminar sangat efektif untuk mengendalikan hama Wereng pada tanaman Padi, Kutu Kebul dan Thrips pada tanaman melon cabai dan tomat.
Hama putih palsu memang berukuran kecil, tetapi dampak kerusakannya pada tanaman padi tidak bisa diremehkan. Dengan mengenali ciri fisiknya, memahami siklus hidup, serta waspada terhadap gejala serangannya, petani dapat melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat.
Pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) menjadi kunci untuk meminimalkan kerugian tanpa merusak keseimbangan ekosistem. Mulai dari pengaturan pola tanam, menjaga kebersihan lahan, hingga memanfaatkan musuh alami dan penggunaan pestisida secara bijak — semua langkah ini akan membantu melindungi padi dari ancaman si kecil berbahaya ini.
Dengan penanganan yang tepat, hasil panen padi tetap bisa optimal meskipun hama putih palsu mengintai di lahan pertanian. Petani yang tanggap, cermat, dan proaktif akan selalu selangkah lebih maju dalam menjaga keberlanjutan produksi pangan.