Logo Javanica Indonesia
pestisida

Pestisida Kenali Kegunaan dan Manfaatnya

Pestisida adalah salah satu pengendali hama andalan petani terutama di Indonesia sudah menjadi menu wajib untuk perawatan tanaman. Hama seperti Pestisida bukanlah penemuan baru. Ia mulai digunakan secara luas pada 1940-an. Penggunaan pestisida adalah hal umum dalam pertanian. Karena termasuk zat beracun, penggunaan pestisida adalah hal yang perlu diperhatikan.

Berdasarkan asal katanya pestisida berasal dari bahasa inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti pembunuh. Dilansir kumpulrejo.desa.id yang dimaksud dengan hama bagi petani sangat luas yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus,nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.

Dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 24/Permentan/SR.140/4/2011 yang dimaksud dengan Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

  1. memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian;
  2. memberantas rerumputan;
  3. mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
  4. mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk;
  5. memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak;
  6. memberantas atau mencegah hama-hama air;
  7. memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; dan/atau
  8. memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Organisme pengganggu tanaman :

  1. Golongan insekta atau serangga, mencakup ulat, larva, serangga pengisap, tungau atau akarina, penggerek.
  2. Golongan mikroorganisme, meliputi bakteri, aktinomiset atau kapang dan keluarga fungi lainnya.
  3. Golongan virus, yang sebenarnya masih kontroversial karena sebagian ilmuwan mendefinisikan virus bukanlah organisme hidup melainkan molekul protein yang pasif dan akan menjadi aktif jika mendapatkan inangnya.
  4. Golongan moluska atau hewan lunak tidak bertulang belakang seperti siput, keong.
  5. Golongan mamalia seperti tikus (rhodent), babi hutan.
  6. Golongan unggas atau avis seperti burung pemakan biji-bijian.
  7. Golongan nematode yang merupakan keluarga cacing.
  8. Gulma terdiri dari tumbuhan liar yang bersaing dengan tanaman budidaya dalam perebutan nutrisi, terdiri dari rumput, alang-alang.

JENIS PESTISIDA BERDASAR ORGANISME SASARAN: 

  1. Insektisida : bahan untuk mengendalikan atau membunuh hama dari golongan serangga secara umum.
  2. Fungisida : bahan untuk mengendalikan, membunuh atau menghambat pertumbuhan jamur atau fungi.
  3. Bakterisida : bahan untuk mengendalikan, membunuh atau membatasi perkembangan
  4. Herbisida : bahan untuk mengendalikan, membunuh atau membatasi pertumbuhan tanaman pengganggu atau gulma
  5. Moluskisida : racun untuk mengendalikan atau membunuh hama golongan siput
  6. Nematisida : racun untuk mengendalikan nematoda atau cacing parasit dalam tanah.
  7. Algasida : bahan untuk mengendalikan alga.
  8. Mossida : bahan untuk membasmi atau membatasi pertumbuhan lumut.
  9. Rodentisida : racun untuk mengendalikan tikus dan binatang pengerat lain.
  10. Activator : yaitu senyawa kimia untuk mengaktifkan sistem kekebalan pada tanaman, dan

sebenarnya tidak termasuk dalam golongan pestisida, tetapi lebih ditujukan untuk meningkatkan ketahanan alamiah tanaman terhadap dampak serangan hama dan penyakit.

Selain di atas ada beberapa penggolongan yang lebih spesifik pada target / sasaran.  Seperti akarisida, aphisida, termisida, larvasida, ovisida yang sebenarnya tergolong insektisida juga dan adakalanya mengandung bahan aktif yang sama pada insektisida namun dalam regulasinya dan dosis pemakaiannya ditujukan untuk pemakaian pada jenis atau stadia serangga sasaran yang spesifik.

  1. Akarisida : bahan untuk mengendalikan hama serangga khusus dari jenis tungau (akarina atau mite). Disebut juga mitisida.
  2. Aphisida : bahan untuk mengendalikan hama serangga khusus jenis aphid.
  3. Termisida : bahan untuk mengendalikan hama serangga khusus jenis rayap.
  4. Larvasida : bahan untuk mengendalikan serangga hama pada stadia larva.
  5. Ovisida : bahan untuk mengendalikan serangga pada stadia telur

 Agar aplikasi pestisida pada pertanian efektif, aman dan efisien pengguna harus mengetahui jenis, klasifikasi dan karakteristik pestisida yang dipakai. Tanpa memahami faktor-faktor tersebut maka ada beberapa dampak negatif berkaitan dengan hasil aplikasi pestisida :

  1. OPT tidak mempan karena bahan aktif yang digunakan tidak sesuai.
  2. Timbulnya kekebalan akibat penggunaan satu jenis bahan aktif secara terus menerus.
  3. Punahnya musuh alami hama yang justeru menguntungkan bagi petani.
  4. Rusaknya lingkungan dan keracunan bagi pengguna maupun hewan ternak.
  5. Gangguan pertumbuhan tanaman akibat penggunaan dosis yang berlebihan.
  6. Degradasi pestisida karena pencampuran lebih dari satu bahan aktif sehingga menimbulkan reaksi kimiaw yang mengubah struktur molekulnya.
  7. Efek residual pada rantai makanan.
  8. Pemborosan biaya, waktu dan tenaga.

Dampak lain akibat penggunaan pestisida secara kurang tepat adalah munculnya resurjensi hama yaitu peningkatan populasi hama serangga secara besar-besaran setelah penurunan populasi akibat penggunaan pestisida spektrum luas secara massal. Dilansir dari mitrabertani.com, Selain itu ada fenomena mutasi hama yang dikaitkan dengan munculnya strain-strain hama baru karena hama yang lama mengalami mutasi genetic sebagai proses evolusi adaptik dalam merespon tekanan eksternal yaitu aplikasi pestisida oleh petani. Strain-strain baru ini selama beberapa waktu lebih resisten dan mampu menyesuaikan diri terhadap tekanan dan lebih resisten terhadap bahan-bahan kimia sebelum ditemukannya bahan aktif atau metode baru yang lebih spesifik.

Beli Pestisida Dari Javanica, Klik Chat Marketing

PESTISIDA MENURUT PENYUSUN BAHAN AKTIFNYA :

1. Pestisida organik

Adalah pestisida yang dalam susunan kimia bahan aktifnya terdapat gugus karbon ( C ). Mayoritas pestisida yang beredar saat ini dari jenis organik seperti golongan organoklorin (yang sebagian sudah dilarang atau dibatasi), organosulfur, organofosfat. Sebagian jenis organik merupakan analog atau tiruan dari senyawa beracun yang terdapat pada tanaman atau dari mikroorganisme.

Sejauh ini banyak yang menganggap pestisida organik adalah yang berasal dari tumbuhan atau natural seperti ekstrak tanaman. Pestisida yang berasal dari tumbuhan atau isolat racun mikroorganisme bisa saja digolongkan organik karena memiliki gugus karbon dalam susunan kimianya. Akan tetapi pestisida organik tidak semuanya berasal dari tumbuhan atau mikroorganisme.

2. Pestisida anorganik

Adalah pestisida yang dalam susunan kimia bahan aktifnya tidak terdapat gugus karbon. Pestisida generasi terdahulu banyak yang jenis anorganik dan saat ini pemakaiannya dibatasi bahkan dilarang oleh komisi pestisida karena daya racunnya yang sangat kuat dan sulit terurai. Contoh yang populer adalah aldrin, senyawa-senyawa arsenik, sianida (potassium sianida / potas), merkuri. Sedangkan yang masih boleh dipergunakan hingga sekarang seperti beberapa fungisida tembaga (tembaga oksida, tembaga hidroksida, tembaga oksi sulfat), sulfur, asam fosfida, borate (insektisida), zinc fosfida (rodentisida) dan ammonium sulfamat (herbisida).

 PESTISIDA MENURUT ASAL DAN PROSES BAHAN AKTIF:

1. Pestisida alami (natural)

Adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam. Ada yang menyebut jenis ini dengan istilah pestisida organik karena memang ada bahan-bahan yang berasal dari organisme (mahluk hidup). Jenis-jenisnya antara lain :   

a. Botanical, yang bahan aktifnya berasal dari tanaman misalnya piretrin dari crysanthemum pirethrum, azadirachtin dan nimbidin dari mimba, rotenon dari ektrak tuba, dan nikotin dari ekstrak tembakau, ryanodin dari ryania speciosa. Ada lagi limbah penggilingan jagung yang disebut gluten sebagai herbisida.

Beberapa keunggulan pestisida botanik diantaranya lebih aman bagi pemakai, tidak mempunyai efek residu panjang, ramah lingkungan, fitotoksisitas & batas lethal effect rendah sehingga aman bagi tanaman, berspektrum luas.

Sedangkan kelemahannya antara lain dosis aplikasi relatif tinggi, knock down effect-nya rendah sehingga hama sasaran tidak langsung mati,  tidak dapat disimpan dalam waktu lama setelah kemasan dibuka, sumber bahan bakunya terbatas,  kurang spesifik untuk OPT tertentu.

b. Isolat mikrobial, yang bahan aktifnya berasal dari metabolit sekunder / sekresi mikroorganisme (bakteri, jamur, virus) yang bersifat racun, contohnya delta endotoksin dari sekresi bakteri Bacillus Thurigensis, streptomisin (bakterisida dan antibiotik) dari streptomyces griseus. Beberapa tahun terakhir ada abamectin, emamectin, ivermectin (avermektin) dari kapang Streptomyces avermitilis, spinosad (spinosin) dari bakteri Saccharopolyspora spinosa dan azoksistrobin (stribilurin) dari fungi Strobilurus tenacellus.

Keunggulan isolat mikrobial diantaranya bersifat antibiotic sehingga daya bunuhnya lebih kuat,  mudah dimetabolismekan oleh sel-sel tanaman jika sistemik, dapat mengatasi OPT yang telah resisten terhadap pestisida lain.

Sedangkan kelemahannya OPT sasaran lebih mudah dan cepat resisten, harganya relatif lebih mahal.

c. Pestisida biologis, yang merupakan mikroorganisme hidup diantaranya bakteri, fungi, virus yang dapat menginfeksi organisme pengganggu tanaman secara langsung mapupun dengan mengeluarkan zat-zat toksik yang dapat membunuh atau menekan perkembangan organisme pengganggu tanaman. Berbeda dengan isolat microbial yang dibiakkan di pabrik untuk dipanen senyawa-senyawa racunnya, biopestisida ini diinokulasi dan dibiarkan berkembang biak di lahan untuk hidup secara alami dan menghasilkan senyawa-senyawa racun untuk membunuh organisme pengganggu, atau hidup dengan menginfeksi organisme pengganggu tanaman sebagai inangnya hingga inang tersebut mati.

Contohnya dari golongan cendawan diantaranya gliocladium yang menghasilkan senyawa gliovirin untuk membasmi fungi patogen, trichoderma spp yang menghasilkan enzim menghasilkan 1,3-β- glukanase yang mendegradasi dinding sel miselium fungi patogen, metharizium anisoplae yang menjangkiti serangga sebagai inang hingga akhirnya mati. Dari golongan bakteri misalnya Bacillus thuringiensis yang dapat mengontrol ulat plutella dan helicoverpa, Corynebacterium untuk mengontrol xanthomonas dan Pyricularia Oryzae pada tanaman padi. Sedangkan yang berupa virus yaitu SpL-NPV (Spodoptera Litura – Nuclear Polyhedrosis Viruses) untuk mengendalikan ulat spodoptera litura.

Keunggulan dari pestisida biologis diantaranya dampaknya bisa meluas karena subyek yang sudah beradaptasi dengan lingkungannya dapat terus berkembang biak dan menular, ramah lingkungan, tidak meninggalkan residu pada rantai makanan.

Sedangkan kelemahannya antara lain perlu waktu untuk berinkubasi dan sebelum berkembang biak sebelum bekerja aktif, karena merupakan organisme hidup pestisida biologis tidak dapat diaplikasikan bersama dengan pestisida kimiawi lain, jika ekosistemnya tidak mendukung maka perkembangbiakannya bisa terhambat.

 2. Pestisida sintetik / analog :

Merupakan hasil rekayasa kimia yang dibuat di pabrik. Kebanyakan meniru struktur kimia senyawa yang terdapat pada pestisida alami botanical misalnya syntethic pirethroid (golongan piretroid) yang meniru susunan senyawa kimia piretrin pada chrysanthemum piretrumnicotinoid yang merupakan analog dari senyawa nikotin pada tembakau, ryanoid yang merupakan analog dari senyawa ryanodin pada tanaman ryania speciosa.   

Pestisida sintetik punya keunggulan diantaranya daya racunnya lebih tinggi, sasarannya lebih spesifik, dosis penggunaan relatif lebih rendah,  mudah didapat di pasaran, dan lebih tahan lama disimpan.

Logo Javanica Indonesia

Artikel Terbaru :